Sabtu, 15 Mei 2021

Apa Enaknya Jadi Auditor???

Assalamualaikum wr wb...

Hallo, kali ini aku mau share tulisan randomku tentang "Apa Enaknya Jadi Auditor". Entah kenapa kemarin siang dapat ide untuk menulis tema ini wkwk. Yaudah, mari kita realisasikan.

Happy reading :)


Oke, jadi aku nulis ini based on my experience yaa. Sebelumnya aku mau cerita background ku dulu sedikit. Jadi, aku itu SMK dan kuliah jurusan akuntansi. Kuliah di Akuntansi FEB UGM. Pas kuliah pernah intern di divisi audit EU&M PwC 3 bulan (pas peakseason) dan setelah lulus langsung kerja jadi auditor di Deloitte. Sampai saat ini kurang lebih hampir 3 tahun (September 2021 nanti pas 3 tahun) ^_^

Nah, mungkin ada beberapa yang masih awam / bertanya-tanya "apa sih enaknya jadi auditor?", "kenapa banyak yang pengen jadi auditor?", "apa karena ini dan itu, bla bla bla?". Oke, kali ini aku coba jawab menurutku yaa...

1. Gaji + Benefit Lain

    Mungkin akan terkesan matre / gimana gitu. Tapi, gak bisa dipungkiri juga kalau kita kerja ya salah satu tujuannya adalah mencari uang. Bener gak? Dann, FYI aja gaji yang diberikan kepada freshgrad ketika bekerja menjadi auditor itu diatas rata-rata freshgrad yang menjadi staff di perusahaan biasanya. Waktu pertama kali aku join di Delo Sept 2018, itu aku posisinya freshgrad dan ditawarkan untuk menjadi Associate 1 disana. Gaji pokok yng ditawarkan disana pada saat itu adalah IDR 6,5jt. Belum lagi ada ++ nya, misal uang lembur, OPE (kalau pergi ke klien), dan reimburse-reimburse yang ada (misal transport, makan, pulsa, postage, dsb). Oiya, di Delo juga ada bonus tahunan juga, biasanya bulan Sept / Oct deh kalau gak salah. 

    Belum lagi ada beberapa benefit yang ditawarkan, misalnya asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan di Deloitte ini lumayan banyak (ada 3), yaitu BPJS Kesehatan, Mandiri Inhealth (untuk rawat inap), dan Fullerton Health Indonesia (untuk rawat jalan / reimburse beberapa klaim pelayanan kesehatan). Asuransi kesehatan (swasta) ini cukup penting ya, soalnya dari segi pelayanan kesehatan dan obat yang diberikan sangat berbeda kalau kita pakai BPJS Kesehatan. Apalagi kita sebagai auditor, pasti akan lumayan sering deh pakai si asuransi kesehatan dari kantor ini (misal untuk rutin medical check up).


2. Pengalaman

    Nah, untuk yang ini sudah jelas ya. Sebagai gambaran, ketika kita menjadi auditor eksternal, kita akan masuk ke company-company (klien audit kita). Disana, kita akan tau banyak hal dan banyak bidang. Contohnya kita belajar tentang internal control, perpajakan, standar akuntansi, business process yang ada disana, dsb. Hal tersebut gak mungkin kita dapatkan kalau kita setelah lulus itu langsung terjun langsung menjadi staff di company pada umumnya. Biasanya kan kalau langsung menjadi staff di company gitu, kita hanya akan handle 1 bidang, misal bagian AP-AR aja. Udah gitu bisanya lama di jobdesc tersebut dan "susah" naik jabatannya kan ya.

    Tiap aku mengaudit suatu perusahaan, kita akan tau dan belajar banyak hal. Misal nih awal kita akan pelajari dulu business process di perusahaan tersebut, mulai dari flow pembuatan laporan keuangan, flow pengeluaran kas, flow pendapatan, dsb. Dari situ kita juga belajar untuk assess internal control perusahaan tersebut bagaimana. 

    Lalu, ketika masuk ke substantive testing, kita juga biasanya akan handle banyak kelompok akun. Misalnya 1 orang itu bisa mengerjakan banyak kelompok akun, yaitu cash, AR, PPE, Revenue, Taxation, NOI NOE, dsb. Pembagian jobdesc nya biasanya tergantung komposisi tim + tingkat kesulitan di kliennya juga. Dari pengerjaan substantive testing yang banyak itu, kita kan jadi tau kira-kira kalau kerja di bagian X itu kegiatannya ngapain aja (A-Z nya). Hal apa yang perlu diimprove juga di company ini / misal nanti kita jadi manager accounting suatu perusahaan, kita udah punya gambaran harus apa ke staff-staff kita. 

    Selanjutnya, kita juga akan bantu senior / atasan kita untuk reporting (menghasilkan audited financial statement). Nah, disini kita juga jadi tau apa aja sih yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah laporan keuangan yang memang credible. 

    Oiya, belum lagi kita itu biasa di-booked di klien dengan beragam bidang, misalnya manufaktur, konstruksi, jasa, dsb. Contohnya aku tuh pernah di booked di klien manufaktur sparepart kendaraan, manufaktur lem, manufaktur besi baja, konstruksi PLTMH, jasa freight forwarding, franchise F&B, dsb. Dengan demikian, pengetahuan kita itu bisa banyak kan.

    

3. Komunikasi & Sosialisasi

    Ini sebenarnya agak 50:50 sih, soalnya banyak yang bilang tergantung kepribadian orangnya masih-masing. Akan tetapi, gak dapat dipungkiri kalau orang yang tadinya introvert gitu bisa so much better ketika bekerja jd auditor ini wkwk. Di deloitte, kita itu biasanya ganti klien per 2 atau 3 minggu sekali. Dan setiap ganti klien itu kita beda tim semuanya. Jadi, mau gak mau ya harus berusaha untuk supel agar pekerjaannya enjoy. Belum lagi kalau dapat klien yang zonk, pastinya butuh jalinan komunikasi yang lebih erat lagi agar proses audit sejak awal hingga akhir itu berjalan tanpa beban :)

    Selain harus pintar-pintar berkomunikasi dan bersosialisasi dengan tim audit, kita juga harus pintar berkomunikasi dan bersosialisasi juga dengan klien. Klien yang biasanya kita hadapi pastinya itu lebih tua dari kita (biasanya sudah bapak / ibu / mbak / mas gitu). Pengalaman mereka jg pastinya sudah lebih dari kita, dan kebanyakan sudah stay lama di perusahaan tersebut. Jadi, kita itu akan "masuk" sebagai "orang baru" disana. Nah, jadi ya gimana caranya biar kita itu "asyik" aja dengan mereka. Kalau kitanya sudah "asyik", mereka juga akan lebih mudah memberikan apa yang kita butuhkan + lebih terbuka aja. Bahkan, aku pernah dapat klien yang ngasih tau lowongan pekerjaan di tempatnya wkwk. Sayangnya belum bisa aku ambil :")


4. Teman-teman yang seumuran

    Ini yang seru. Yupss, kita tumbuh dan belajar bersama di lingkungan yang orang-orangnya itu seumuran. Jadinya berasa kaya dunia kuliah gitu. Seru aja untuk doing everything together, misal mau mengeluh / cerita2 yang penting gak penting juga gpp. Misal ada hal-hal yang belum kita tau / kita gak paham, ya bisa bebas diskusi / tanya gitu tanpa ada feeling guilty / judgement sesuatu.


5. Jaringan luas

    Ini masih ada kaitannya dengan poin no 3 diatas yang kita tuh per 2-3 minggu pasti ganti komposisi tim. Otomatis, kenalan kita pun jadi banyak kan. Dan tiap orang pasti mengaudit perusahaan yang berbeda. Jadi, ketika kita butuh informasi tentang suatu perusahaan dan kebetulan perusahaan tersebut diaudit oleh tempat kita, ya mudah aja untuk cari tau. Contoh gampangnya tuh banyak juga diantara kita yang saling bertukar informasi terkait lowongan pekerjaan dan kondisi di perusahaan tersebut begaimana (zonk / enggak, gajinya di range berapa, lingkungannya gimana, dsb). Belum lagi kalau kita tetap keep in touch dengan klien, kadang klien juga suka chat ngasih tau lowongan pekerjaan wkwk. Kan lumayan. Menarik bukan? :)


6. Lebih mudah untuk naik jabatan apabila pindah ke company

    Yupss, dikarenakan pengalaman dan kemampuan komunikasi kita yang sudah "diasah" di KAP, ketika kita memutuskan untuk pindah ke company biasa, biasanya kita langsung menempati posisi SPV keatas. Biasanya sih bisa jadi SPV / Asmen / Manager ya, atau kalau yang sudah lama gitu bisa jadi VP juga (tapi agak susah kalau langsung jadi VP sih). Banyak yang bilang kalau di KAP tuh berasa "mondok" dulu wkwk. 


Nah, aku rasa segitu dulu yaa beberapa hal yang diarasa "enak" ketika jadi seorang auditor. Mungkin next tulisan aku akan share "gak enaknya" yaa biar balance wkwk

Terima kasih sudah membaca

Wassalamualaikum wr wb.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar