Kamis, 02 Juni 2022

Proses Taaruf via Aplikasi "TOI" berlanjut ke Pernikahan

Assalamualaikum wr wb.

Lama gak nulis lagi di blog yaa, sampai hampir setahun. Selain waktu itu lumayan sibuk dengan persiapan pernikahan, juga sibuk juga untuk adaptasi setelah menikah + sambil kerja juga. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Dan kali ini karena udah agak selow, jadinya aku mau nulis lagi deh. Kali ini aku mau nulis tentang pengalaman taarufku dengan suami yang kebetulan ketemu di apps taaruf hehe. Ini udah pernah aku share di IG story ku dan ditaruh highlight, tapi gpp aku tulis lagi di blog hehe.

    Cara setiap orang bertemu dengan pasangannya itu berbeda-beda. Kebetulan, aku dan suamiku bertemu karena sama-sama mendaftar si akun apps taaruf bernama "TOI" / "Taaruf Online Indonesia". Nah apa yang aku share ini based on my true experience yaa. Ambil yang baik2nya aja + keep open minded juga, ok :)


1. Cari Tau Detail Apps TOI

    Nah berawal dari ditemukannya akun IG "TOI" ini kan. Aku penasaran dan akhirnya mencari tau lebih dalam tentang akun tersebut. Apa yang aku cari tau? Aku liat list following dan followersnya, tag2an dari akun lain, cari owner dan jajaran management nya, kepoin tiap postingan feed, IG, dan komenan di IG TOI, dsb. Aku juga cari tau review nya di google / playstore (kan ada apps nya download disana). Aku juga kepoin founder dan management nya yg lain + beberapa ustadz / pemateri  yang jadi narasumber di TOI. Aku kepoin juga tentang alur proses dan kerahasiaan informasi di TOI. Intinya, aku bener2 kepoin sedalem itu tentang ini apps lah wkwk. Dan yang bikin amaze + makin percaya adalah, IG TOI ini difollow oleh Ust. Felix Siauw. Oke, singkat cerita aku udh percaya dengan apps nya ini. 


2. Daftar di Apps TOI    

    07 Februari 2021, aku download dan daftar di apps TOI nya ini. Bayar 200rb untuk jadi member dan bisa ikutan proses taaruf di apps nya ini. Biaya ini digunakan untuk management apps nya ini + pengembangan apps nya juga, termasuk ketika nanti sampai di tahap nadzor (pertama kali ditemani mitra dari apps), nah kita ga usah bayar lagi. Jadi, 200rb ini bener2 nett dan cuma sekali bayar di awal. 


    10 Maret 2021, sekitar jam set.7 pagi tiba-tiba ada notif kalau ada ikhwan yang mengajukan taaruf ke aku. Inget banget saat itu aku lagi workout. Seneng dong pasti. Aku baca sekilas profilnya dan aku diemin dulu, aku lanjut workout. Tapi pikiranku mikirin itu siapa dan aku hrs gimana wkwk. 



Nah, kita bahas apps nya dikit yaa... 

Jadi ketika awal mendaftar, kita diminta untuk isi biodata singkat yang akan ditampilkan di apps nya itu, seperti:

- usia

- status (single / duda / janda)

- kerja dimana dan kota mana (bisa spesifik nyebut nama perusahaan, bisa juga yang umum seperti PNS / BUMN / Karyawan Swasta)

- intensitas ibadah

- deskripsi singkat tentang diri sendiri

- kriteria pasangan yang diinginkan

- hobby

- anak ke berapa

- suku

- warna kulit

- riawayat penyakit

- organisasi yang diikuti

- pendidikan terakhir

- kelebihan dan kekurangan diri

- aktivitas sehari-hari

- kota domisili orang tua

- visi misi pernikahan


Dan disini kita harus buat 3 pertanyaan utama (pokok) dari kita untuk partner taaruf nanti. Jadi dari jawabannya atas 3 pertanyaan tsb, bisa menjadi screening awal untuk lanjut / enggak. Contoh:

- Setelah menikah bersedia LDM / tdk?

- Bersedia pre-marital check-up / tdk? Apabila tidak, mengapa?

- Bersedia psikotest / tdk? Tujuannya selain untuk mengetahui kepribadian secara lebih akurat, bisa juga untuk mengetahui mental illness. Apabila tidak, mengapa?

- Setelah menikah, apakah istri diperbolehkan bekerja / tidak? Mengapa?

- dsb


    Nah, disini kita belum bisa melihat foto masing2, jadi masih blur banget dan nama-pun juga masih diganti kode huruf dan angka. Jadi, bener2 informasi personal itu belum diketahui satu sama lain. Foto itu baru bisa kelihatan kalau kita udah oke dengan profil dan jawaban atas 3 pertanyaan pokok di awal tsb, lalu kita klik terima. Nah itu baru deh keliatan fotonya. 

    Lalu, setelah aku klik terima (pengajuan taaruf dari ikhwan tsb), maka status kami berubah jadi ada tandanya kalau "on process". Jadinya kita gak bisa berproses dengan anggota lain di apps tsb. Setelah itu, aku langsung diarahkan ke admin no WA yang nomor sekian. Yaudah aku chat WA si adminnya.

    Jadi, tahap selanjutnya adalah berkomunikasi dengan ikhwan tsb melalui perantara si admin WA. Admin WA nya ini jadi "pak pos" kami berdua dalam berkomunikasi. Berkomunikasinya pun via Ms.Word dan gak bahas informasi personal / hal2 aneh / even hal2 gak penting. Di tahap ini, kita puas2in deh untuk mengulik berbagai informasi / hal ttg partner taaruf kita. Jadi, in case nanti gak lanjut, ya gak ada hurt feeling karena sebenarnya kita gak kenal2 banget aslinya dia siapa dan dimana kannn hehe..

3. Tukar CV Detail       

    Di proses ini, aku lalui sekitar 2 bulan. Mulai dari tukar CV detail, sampai ke tanya jawab berbagai hal yang memang ada hubungannya dengan pernikahan, dll. CV Taarufku itu berisi 11 halaman dan suamiku 6 halaman. Banyak ya? wkwk. Format CV taaruf itu banyak macamnya di internet / kelas pranikah. Aku combined dari beberapa sumber dan jadilah CV ku itu yang 11 lembar hehe. Formatnya itu sebenrnya customized dan sesuai kebutuhan aja, semakin detail justru semakin baik. Di next blog aku akan bahas khusus terkait CV taarufku yaa. 

4. Tanya Jawab Detail via Ms.Word 

    Setelah tukar CV detail, saling membaca dan memahami, kami lanjut ke tahap selanjutnya. Ini tetap lewat perantara admin WA yaa. Dan informasi personal pun belum diketahui. Apapun yang ingin ditanyakan / diketahui, tanyain aja. Tulis di Ms.Word, kumpulin dulu beberapa, abis itu kirim. Kasih deadline waktu untuk ikhwan jawab dan per 1/2 jalan di follow up. Intinya setiap tahap tanya jawab gitu harus dikasih deadline berapa hari dan di FU. Jangan sampai kita digantungin suruh nunggu, apalagi ini online dan belum kenal kann hehe.

    Oiya, sebenarnya ketika aku tukeran CV detail itu, aku langsung tau profil asli si ikhwan ini (suamiku). Soalnya kan dari file Ms.Word itu bisa keliatan ya detail creator nya siapa wkwk. Dannn yaudah deh, dari situ mulai deh berselancar cari di google / medsos. Bener2 berubah aja gitu kaya agen2 FBI wkwk.

5. Nadzor  

    Setelah kami rasa cukup tanya jawabnya, kami sama2 istikharah dan meminta nasihat ke keluarga. Disini aku baru yakin dan cerita ke ortuku dari A-Z tentang ikhwan ini. Bismillah, kami sepakat untuk lanjut ke tahap nadzor. Setelah itu, admin WA akan memberikan profil dan kontak mitra yang akan menemani saat nadzor pertama kali. Mitra disini yang akan menemani si ikhwan, sedangkan aku ditemani oleh ortu dan adik. Profil mitranya bukan sembarangan. Awalnya aku dapat seorang dosen, tapi ganti jadi semacam pendakwah milenial gitu. 




    Idealnya, lokasi nadzor itu di rumah akhwat / masjid. Nah tapi karena lokasi rumahku jauh banget dan aku gak enak juga sama mitranya, akhirnya aku mencoba cari tempat lain. Misal mau ke rumahku pun, pasti tetangga2 pada tau dan heboh, berita nyebar dengan cepat. Padahal kan baru tahap nadzor dan belum tentu berlanjut kan. Akhirnya aku cari tempat lain yang sekiranya pertengahan antara lokasiku dengan lokasi ikhwan. Awalnya nyari masjid yang halamannya agak luas dan proper untuk berdiskusi, cuma dengan berbagai pertimbangan internal (ibuku agak susah duduk dibawah, lama) dan eksternal (berkerumun, covid, didengarkan oleh orang lain), akhirnya gak jadi. Akhirnya kita melakukan nadzor pertama kali di ruang meeting daerah Jakbar. 


    Pas nadzor itu, kami masuk ruang meeting, isinya ber-6. Yaudah mitra yang membuka dan menutup. Sisanya ikhwan dan keluargaku (ibuku sih khususnya) yang ngobrol. Jadi, di nadzor pertama kali ini, aku memang membiarkan ibu dan ikhwan yang lebih banyak berinteraksi. Soalnya kala ortu udah "klik", Insya Allah kedepannya akan mudah. Dan biasanya feeling ortu itu gak pernah salah kan. Selain itu, memang ibuku tuh yang agak "susah" untuk diluluhkan hehe. Pas nadzor pertama kali ini, si ikhwan keliatan banget grogi dan bener2 sama sekali gak berani lihat wajahku secara langsung. Padalah kan gunanya nadzor itu untuk melihat secara langsung dan mencari kecocokan. Nadzor pertama ini berlangsung sekitar 2 jam. 

    Setelah nadzor pertama, ikhwan ini memberitahu mitra kalau ia belum dapat feel denganku, soalnya kemarin lebih banyak ngobrol dengan ibuku. Alhasil, ikhwan ini meminta izin untuk nadzor yang kedua dan dilaksanakan di rumahku. Ikhwan ini aku kasih nomor bapakku untuk tanya alamat rumah / ancer2 / rute transportasi umum ke rumahku. Jadi, pertama kali komunikasi ya via bapakku itu. Gentle kannn hehe

    Yaudah deh, seminggu setelah nadzor pertama, ikhwan ini (suamiku) datang sendirian ke rumah naik kendaraan umum (go ride - KRL - go ride). Menjelang siang, datanglah ikhwan ini bawa parcel buah yang keranjang wkwk. How gentle he is. Lalu, di rumahku itu kan ada adik dan ortuku juga. Yaudah, kami ngobrol di ruang tamu. Di nadzor kedua ini lebih banyak aku dan ikhwan yang ngobrol. Oiya disini juga kami gak lepas berduaan gitu di ruang tamu, ada adik / ibu / bapak yang ganti2an nimbrung. Ngobrolnya pun ya yang penting dan seputar past, present, dan future of me (an us). Setelah itu, ikhwan pamit pulang dan bilang ke ortuku kalau minggu depan akan pulkam untuk berdiskusi langsung dengan keluarganya (ortu dan kakaknya di kampung). Nadzor kedua ini berlangsung sekitar 4 jam (kepotong dzuhur dan maksi bareng).

    Seminggu setelah nadzor kedua, ikhwan ini beneran pulkam dan ingin mengajak zoom bersama dengan keluarganya. Ikhwan ini chat bapakku dan mengirim link zoom nya. Yaudah, jadi ini seperti nadzor ketiga deh hehe. Kami sekeluarga zoom dengan ikhwan dan keluarganya. Keluarga ikhwan ini berada di boyolali, jadinya melihat pertama kali ya via zoom dulu. Di zoom tsb aku lebih banyak ngobrol dengan ibu dan kakaknya (perempuan). Nadzor ketiga ini berlangsung sekitar 2 jam.


6. Khitbah

    Setelah pertemuan via zoom tersebut, dibuatlah grup WA untuk saling berkomunikasi, isinya aku, bapakku, ikhwan, dan kakaknya ikhwan. Sekitar 3 hari setelah zoom tersebut, ikhwan mengatakan kalau weekend ini akan datang ke rumah beserta rombongan keluarganya untuk mengkhitbahku (yang mana itu sekitar 3 hr lagi). Kaget, panik, seneng, dan deg2an dong wkwk. Secepat inikah? Masih gak nyangka, kaya mimpi hehe.

    Hari khitbah pun tiba, itu pertama kalinya bertemu secara langsung dengan keluarganya (keluarga inti dan saudara2nya yang jadi rombongan khitbah). Acaranya pun sangat2 sederhana dan dadakan, di rumahku juga yang kebetulan sedang di renov. Jadinya masih berantakan, yang baru banget jadi itu ruang tamu dan kamar mandi. Bener2 dikebut itu pengerjaannya wkwk. 

    Baju yang dipake ya yang ada di lemari, makeup pun sendiri wkwk. Bahkan barang bawaan khitbah dari ikhwan ke aku pun gatau apaan. Apa yang dibawa, yaudah diterima. Barang bawaan balik dari aku ke ikhwan juga bener2 sederhana wkwk. Ya gimana, baru dikabarin mau dikhitbah H-3. Nyambi kerja juga (untungnya WFH) dan harus balik ke jakarta dulu buat ambil longdress yang proper di kosan. Jadi bener2 sederhana dan foto2 pun enggak wkwk.

    Oiya, di acara khitbahku itu gak ada prosesi tukar cincin . ngasih perhiasan gitu. Jadi kemarin acara khitbahku ya rombongan ikhwan datang, bawa seserahan khitbah (isinya makanan2 kaya kue bolu, kue basah, buah, dsb), bapaknya mengutarakan maksud dan tujuan, dijawab sama aku, makan2 bareng, ngobrol, pulang. That's it.


7. Persiapan Pernikahan

    Yaudah, setelah khitbah mulai deh mempersiapkan segalanya yang buat pernikahan. Jadi dalam waktu sekitar 2 bulan, kami mempersiapkannya sendiri. Hal utama adalah urus berkas2 ikhwan dulu karena di luar kota, lalu dikirim ke aku karena nikahnya di tempatku. Disini mahar nikah belum ditentukan fixed nya apa. Baru fixed nya itu pas aku lg dibonceng bapak diatas motor, otw jalan ke KUA untuk urus berkas. Inget banget di hari itu aku dan bapak kehjanan pulangnya. Aku selalu jawab terserah dan ikhwan un bingung apaan. Endingnya, ikhwan memberikan 3 pilihan dan aku suruh pilih 1. Yaudah deh itu maharnya. Terus ternyata ada maknanya, baru dikasih tau setelah nikah. So sweet kan haha.

    Oiya, pas aku daftar ke KUA, kebetulan di di tanggal tsb yang jam pagi itu tersisa 1 slot. Sisanya sore. Jadi di tiap jam itu cuma buka 4 slot (kalau ga salah inget). Yaudah, buru2 aku daftar aja. Kaya ngerasa memang ya ini takdirnya dan dimudahkan gitu hehe. Rezeki gak kemana. 

        Kami cari tempat, WO, dsb sendiri. Dapat fixed tgl nya yang match dengan semuanya. Yaudah, hampir tiap malam kami zoom meeting bahas persiapan nikah, mulai dari hal besar sampai hal printilan. Untuk beberapa barang2 seserahan dan cincin nikah, kami harus membelinya secara langsung kan (gak mungkin online). Dan itu ketika kami pergi, ditemani oleh sepupunya ikhwan tsb (perempuan, baru lulus kuliah). Jadinya kami pergi bertida deh nyari kain seserahan, kain seragam, dan cincin nikah. Dan untuk cincin nikah kami memilih palladium. Kami order di sovia jewellery yang cabang Jaktim. Itu PO kalau ga salah hampir 1 bulan. 


8. Akad Nikah

    Awalnya kami ingin ada acara resepsi, Qodarullah menjelang hari H kasus covid terus mengkhawatirkan. Pemerintah pun akhirnya mengeluarkan peraturan tentang acara pernikahan. Singkat cerita, yang tadinya rencana kita sekitar 500 orang hadir, akhirnya hanya sekitar 50 org yang hadir. Dan itu hanya acara akad nikah.

    Well, acara berlangsung cukup khidmat dan bener2 intimate karena memang cuma keluarga dekat aja. Acaranya pun hanya sekitar 2 jam, sebelum dzuhur udh selesai karena memang kami berkomitmen gak mau bentrok dengan waktu sholat. Jadi kami bisa sholat dzuhur dengan makeup sudah bersih dan ganti pakaian biasa. Alhamdulillah, 07 Agustus 2021 pukul 10:00 kami resmi menikah dan acara berjalan lancar. 


9. Walimah

    Dikarenakan pada saat itu kami gak memungkinkan untuk mengadakan resepsi seperti orang2 pada umumnya, sebagai gantinya kami hanya memberitahu via medsos dan mohon doa. Di rumah ortuku, itu tetangga2 pada datang ke rumahku siang sampai sore, kami sedia nasi kotak dan suguhan makanan aja gitu untuk tetangga yang hadir. Nah kalau di rumah ortu suamiku (sekitar seminggu kemudian), (alm) ibu mertuaku membuat nasi berkat gitu dan dibagi2 ke tetangga sambil memberitahu kalau anaknya yang kedua (suamiku) sudah menikah di Tangerang. Begitulah cara kami memberitahukan bahwa kami telah menikah :) 


Tips:

1. Jangan mudah percaya dengan laki2 yang baru dikenal, apalagi dari online gini.

2. Pakai insting dan keahlianmu untuk kepo2 sampai ke akar2nya tentang ikhwan yang sedang berproses dengan kita.

3. Tanyain aja hal2 yang agak sensitif / perlu berpikir keras ke si ikhwannya ini.

4. Jangan ragu untuk minta izin ke ikhwan untuk minta akses ke keluarganya / sahabat / teman kos, dengan tujuan untuk mengenal lebih jauh si ikhwan ini. Kita crosschek informasi gitu ceritanya.

5. Selalu kasih deadline dan follow up untuk tiap prosesnya. Jangan sampai kita digantung / nunggu agak lama buat jawaban ikhwannya.

6. Selalu libatkan Allah dalam setiap langkah kita (banyak berdoa di waktu mustajab, istikharah, dan menuntut ilmu syari terkait hal tsb). Berdoanya minta kalau memang jodoh ya tolong dekatkan dan permudah, kalau enggak yaudah jauhkan. 


Sekian sharing2 dariku. Feel free to reach me out via comment / other medsos hehe

Wassalamualaikum wr wb.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar